Jumat, 29 Juni 2012

Surya Kencana, Kembali pada Cinta Pertama 2

Gunung Putri, 2 Juni 2012

Selamat pagi mentari yang berseri. Hari ini kami akan memulai pendakian.  Menikmati alam dengan berjuta nyanyian.  Menikmati kebersamaan dan indahnya persahabatan.

Sebelumnya kami menyempatkan untuk packing ulang, meninggalkan barang yang sekiranya tak diperlukan dan sarapan pagi. Oh ya..kawan kami yang satu lagi pun sudah datang. Cebe. Malahan Ia sudah bergabung dengan kawan-kawan lain yang sudah standby. Panitia mulai bergerilya untuk sekedar menyapa sekaligus memastikan pesertanya sudah tiba semua. Pita berwana pink ceria sebagai tanda tak lupa dibagikan agar mudah dikenali dalam rombongan. “Letakkan pada tempat yang mudah terlihat!”, begitu serunya.


Kami berkumpul di GPO (Gede Pangrango Operation) untuk briefing. Sambutan singkat dari panitia dan berdoa bersama semoga semua baik-baik saja. Setelah itu satu persatu dari kami mulai berjalan melewati ladang yang ditumbuhi sayur mayur, ada brokoli, wortel dan daun bawang yang tumbuh subur. Melintasi sungai dan jejeran anak tangga yang bersusun-susun. Cuaca pagi begitu cerah dengan langit biru dan awan putih yang menghiasinya.

Timku sudah mencar dan pastinya aku yang berada di belakang. Bersama Comeng, Cebe, Cris, Agus, dan Sahrul menjadi tim santai. Sahrul adalah teman yang baru aku kenal, temannya para laki-laki yang manjadi pengawal perjalananku saat itu. :D

Setidaknya ada enam pos yang akan kami lewati; pintu rimba (±1.850 mdpl), Legok Leunca (±2.150 mdpl), Buntut Lutung (±2.300 mdpl), Lawang Seketeng (±2.500 mdpl), Simpang Meleber (±2.626 mdpl),  dan Alun-Alun Timur Surya Kencana (±2.750 mdpl). Di tiap pos terdapat tanda yang cukup jelas berikut ukuran ketinggiannya, bahkan ada yang masih terdapat sisa bangunan yang bisa dijadikan sebagai tempat peristirahatan.

Semakin lama jalur semakin terjal dan menantang membuat nafas semakin tersengal. Langkah yang mulai gontai, memaksaku lebih sering berhenti untuk beristirahat.

Timku yang lain sudah tak terlihat, melesat cepat. Dari referensi yang aku baca perjalanan
menuju Alun-alun Timur Surya Kencana melalui jalur gunung Putri dapat ditempuh sekitar 5 jam. Tapi sudah lebih dari lima jam perjalanan tim santai belum juga sampai. Huh..lelah sudah tak terkirakan.

Sesekali di tiap pemberhentian kami membuka perbekalan hanya sekedar untuk menikmati teh dan kopi hangat yang kami buat , tak lupa cemilan ringan sebagai penyemangat. Canda dan tawa yang tercipta sepanjang perjalanan menjadi hiburan yang menyenangkan. Ibarat sebuah reaksi fusi dimana reaksi penggabungan dua inti atom yang ringan (canda dan tawa) menjadi inti atom yang lebih berat (persahabatan) dan partikel elementer(kebersamaan), disertai pelepasan energi yang sangat besar (semangat).

Di sela-sela waktu istirahat Agus membongkar carriel untuk mengambil sesuatu. Namun ada sebuah tragedi yang terjadi, dan itu menjijikan sekali.Weks... Tauge yang terbungkus telah busuk tak berbentuk. Bau busuk menyebar saat hendak dikeluarkan. Tauge yang sengaja dibawa untuk acara masak-masak terpaksa harus dibuang. Sebuah musibah yang tak diperkirakan, dan maaf itu menjadi sedikit hiburan. Upss...hahahhhaha.

Aku merasa jalanku terus melambat karena terlalu sering istirahat.  Maaf ya para pengawalku, perjalanan kalian terhambat karena si Opay lewat. Dan akhirnya aku diminta (bukan aku ya yang minta) untuk bertukar tas dengan tas kamera Cebe yang sangat ringan. Terimakasih kawan, dengan begitu perjalananku menjadi sedikit lebih lancar. Hehe :D

Dari pos lima “Simpang Meleber” kami pacu semangat, “ayoo…sebentar lagi sampai”. Terus dan terus berjalan hingga bertemu pada tanah datar yang sangat luas. Alhamdulillah…kami telah sampai. Cantigi melambai seakan mengucapkan salam. Pohon dataran tinggi yang indah sekali.

Aaahhh….  Edelweis sedang asik menari, meliuk bersama kabut.
Angin membisikkan  irama syahdu nan merdu
Subhanallah...aku sampai lagi di sini
Pada cinta pertama aku temui
Surya Kencana

Sambutan selamat datang dari teman-teman yang sudah lebih dulu sampai  sekejap membuatku lupa dengan segala keletihan saat diperjalanan. Beberapa tenda telah berdiri di tengah megahnya alun-alun Surya Kencana. Tebing yang tinggi dan puncak Gede yang menjulang menambah keindahan mata saat memandang. Tak pernah bosan.

Terhitung sekitar 8 jam tim santai berjalan. Sementara kawan yang lainnya sesuai standard sekitar 5 jam, tapi tidak dengan Diana.  Diana mampu manempuh  hanya dengan waktu sekitar 3 jam, lebih cepat dari waktu standar yang diperhitungkan. Wow... dahsyat.

Hingga malam nanti tidak ada agenda dari panitia, sehingga kami membuat acara sendiri yaitu masak-masak. Semua bahan dikeluarkan sampai bingung mana duluan yang akan
diolah. Bersama koki handal Joe, Riri dan Diana kami mulai berkreasi.

Air di alun-alun Surya Kencana mulai berkurang. Seingatku ada sungai kecil yang mengalir dari mata air yang bening, tapi sekarang kering. Apa karena sekarang sedang musim kemarau? Sumber air hanya ada satu di pancuran yang tak cukup besar. Lumayan. Para lelaki betugas untuk mengambil air di derigen dan botol-botol kosong.

Mentari telah terbenam berganti malam. Kabut yang cukup tebal membawa embun seperti hujan. Tak ada taburan bintang, dan bulan pun tertutup awan.

Setelah kami menikmati makan malam, kami memilih berada di dalam satu tenda sambil berbagi cerita. Bang Hendri telah bergabung dengan kami, kemudian disusul oleh bang Harley yang baru datang karena harus menjadi tim paling belakang. Kami cukup menjadi pendengar yang baik bagi keduanya. Seperti tak ada akhir cerita tentang petualangan mereka, ada saja hal-hal baru yang membuat kami semakin tertarik. Kalau saja tak sadar hari sudah makin malam, mungkin kami terus asyik mendengarkan.

Satu persatu dari kami sudah mulai “tumbang” dan kembali ke peraduan masing-masing dalam kantong tidur yang hangat. Meski malam sudah nampak berbintang dengan siraman cahaya bulan yang hampir purnama begitu indah, tapi badanku sudah cukup lelah dan ingin segera bermimpi indah. Gud nite semuaaa......

Surya Kencana, 3 Juni 2012

Tidak ada keharusan untuk mencapai puncak di setiap gunung yang kita daki, karena puncak bukan segalanya. Ada nilai lain yang dapat kita ambil, selain rasa bangga telah berhasil mencapai titik tertingginya yaitu rasa kebersamaan saat di perjalanan, saat di perkemahan, saat kita harus mencari jalan keluar pada setiap kendala yang dihadapi bersama, dan saat semua cerita kita rangkum dalam bingkai indah persahabatan yang tercipta. Semua itu akan menjadi sebuah pelajaran berharga dan pengalaman yang hanya kita yang punya.

Dari Surya Kencana kalau kita ingin melanjutkan perjalanan menuju puncak Gede di ketinggian 2.958 mdpl, kita cukup berjalan sekitar 30-45 menit lagi. Tapi kali ini aku hanya ingin di sini, aku ingin bisa lebih lama berada di Surya Kencana. Kebetulan saat turun nanti kami akan melalui jalur yang sama seperti saat kami naik sebelumnya. Akan lain cerita kalau saat turun menempuh jalur berbeda, jalur Cibodas, mau tak mau harus tetap kepuncak karena jalurnya ada disebrang sana.

Dari tim kami, hanya Comeng, Cebe, Cris, Adhie, dan Agus yang sejak dari pagi-pagi sekali sudah mempersiapkan diri untuk menuju puncak. Sedangkan yang lain tetap tinggal sama seperti Aku. Dan cuaca yang cukup berkabut menjadi salah satu alasan lain untuk tidak ikut. :D

Sambil menunggu teman-teman yang dari puncak kembali, kami masak-masak lagi. Masak-masak di gunung selalu menjadi kegiatan yang menyenangkan. Selain memang kebutuhan, kami bisa sambil berkreasi membuat menu kejutan. Menu kejutan yang kami siapkan kali ini yaitu kolak ubi, singkong dan pisang. Berat-berat sengaja kami bawa bahan-bahannya demi sebuah menu yang tak biasa.

Menjelang siang setelah semua kegiatan selesai, yang ke puncak sudah datang, yang masak sudah selesai, Joe sudah berhasil menjadi korban “penganiayaan” diceburkan di kubangan dangkal sebagai hadiah ulang tahun di awal bulan dan yang lain juga sudah terlihat santai tiba saatnya kami berkumpul untuk acara sebenarnya. Perayaan ulang tahun pertama Mountmag di Surya Kencana. Diisi dengan sharing terbuka yang dipandu Bang Harley dan Bang Hendri. Kami diminta memberikan masukan, ide maupun kritik untuk kemajuan Mountmag ke depannya.




Akhirnya acara pendakian bersama telah selesai. Kami mulai bergegas membereskan segala perlengkapan. Berat rasanya meninggalkan Surya Kencana yang tetap memesona dan selalu dirindukan keindahanya. Namun masih ada tanggung jawab lain yang sudah menanti lagi. Saatnya kami kembali ke rutinitas seperti sedia kala. Terimakasih kawans semua telah kembali mengantarkan ku pada cinta pertama, Surya Kencana.


Foto. Merah Hitam Surya Kencana

5 komentar:

  1. makasih kak Riri...udah agak2 lupa gitu apa yg mau diceritain, udah kelamaan :D

    BalasHapus
  2. bikin mupeng...
    enaknya punya komunitas yg suka naek gunung (@_@)

    BalasHapus
  3. ikut2an aja mba lia :D
    mau gabung?

    BalasHapus
  4. gak boleh naek gunung sama mami... hiks.. T_T

    BalasHapus