Masih ingat gunung apa yang pertama kali kamu daki? Ingatlah pastinya :D
Karena biasanya untuk kata pertama, akan selalu diingat kan?benar kan?
Ya...dengan pertama akan ada kedua, ketiga, dan seterusnya atau bahkan tidak akan pernah ada kedua, ketiga dan seterusnya. Tergantung bagaimana permulaannya.
Pertama kali aku mengenal atau dikenalkan atau memaksa untuk kenal dengan kegiatan mendaki gunung yaitu ke gunung Gede, dengan ketinggian ±2.958 mdpl. Saat itu sekitar tahun 2007 aku memaksa minta dikenalkan untuk mengenal kegiatan mendaki kepada sahabat-sahabatku yang lebih dulu tahu ketimbang aku. Sebagai perkenalan, dikenalkanlah aku dengan gunung Gede. Kami mendaki melalui jalur gunung Putri. Wew... mengingat kembali perjalanan itu membuatku menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.
Lelahku terbayarkan setelah berjam-jam perjalanan panjang dan tidak gampang. Aku bertemu pada sebuah padang rumput yang luas sekali. Dimana banyak terhampar tanaman bunga edelweis yang sedang bermekaran. Lupa akan letihku yang bahkan sempat berfikir untuk berhenti saat di tengah perjalanan. Alun-alun Surya Kencana. Alun-alun yang berada di ketinggian ± 2.750 mdpl itu menyihirku dengan segala keindahannya. Membuatku terperanga saat memandang ciptaan Sang Maha Kuasa. Aku jatuh cinta.
Di keluarga ku tidak ada yang memiliki hobi mendaki gunung. Ayah, ibu, kakak, atau adik? Sampai saat ini aku belum pernah mendengar cerita kalau mereka pernah ke sini atau ke sana. Bahkan Ayah pernah bilang, “kamu mengikuti jejak siapa?” Meskipun aku tidak bisa bilang mendaki gunung adalah hobi, tapi kalau ada kesempatan aku cukup tertarik untuk ikut. Hmm...dengan pertimbangan ini itu pastinya
Mendaki gunung itu capek, kotor, dan menghabiskan uang. Tapi koq ya makin banyak aja yang mendaki?
Capek? Iyalah...jalan datar aja kalau jauh jaraknya capek, apalagi mendaki yang harus melintasi jalan yang tidak datar berhari-hari. Menanjak. Menurun. Melompat. Merangkak.
Kotor? Ya dibersihin aja..hehe..
Menghabiskan uang? Yaa...jangan dihabiskanlah uangnya, cukup dikeluarkan seperlunya saja seperti biaya transportasi, logistik dan lain-lain
Mendaki gunung tidak hanya tenaga yang diperlukan, melainkan pengelolaan emosi juga dibutuhkan. Bukan sekedar ingin segera sampai, tapi bagaimana kita menikmati perjalanan. Mengatur ritme langkah dengan nafas yang tersengal. menjalin kebersamaan dan persahabatan yang begitu kental. Ada rasa yang tak dapat diungkapkan melainkan kita sendiri yang merasakan.
Menuju gunung Gede bisa dilalui dari beberapa jalur. Pertama yaitu jalur Gunung Putri , jalur yang aku kenal pertama kali. Jalur yang singkat namun terus, terus dan terus menanjak. Hanya pada setelah pos terakhir “Simpang Maleber” kita akan bertemu jalan datar, dan berati sebentar lagi akan sampai. Kedua yaitu jalur Cibodas, jalur yang lebih panjang karena harus memutar. Jalurnya agak sedikit ringan, tolong dicatat hanya sedikit. Di jalur ini banyak pemandangan yang bagus, diantaranya telaga biru, curug Cibereum, dan air panas. Dan yang ketiga jalur Salabintana, jalur ini lebih panjang lagi dari kedua jalur sebelumnya. Saat pendakian pertama, aku turun lewat Salabintana.
Meskipun tempat yang dituju itu lagi, itu lagi, tapi akan selalu ada cerita baru dan seru. Dengan ataupun tidak dengan orang-orang yang sama. Dan cerita perjalanan itulah dimulai.
Jumat, 1 Juni 2012
Terminal Kampung Rambutan menjadi meeting point kami. Ada beberapa rombongan lain pun sudah terlihat dengan carriel-carriel besarnya, samakah perjalanan kita?
Makin malam satu persatu rombongan meninggalkan terminal, namun ada juga yang masih berdatangan. Tim kami bersepuluh jadinya, kusebut dari yang pertama tiba; Adhie,Comeng, Joe, Opay, Agus, Cris, Ragil,Diana, dan Riri sudah kumpul semua. Hmm..yang diabsen baru sembilan, satu lagi? Yang satu lagi Cebe, akan menyusul dengan roda duanya, nanti.
Hari hampir menjelang pagi. Bus yang kami tumpangi penuh dengan para pendaki, syukurlah kami masih dapat duduk untuk sejenak beristirahat. Dengan tarif Rp.15.000 per orang kami diantar ke pasar Cipanas. Sepanjang jalan aku biarkan mata ini terpejam hingga sampai.
Waktu menunjukkkan pukul 3 pagi. Udara pagi buta menyerap ke pori. Dingin sekali. Perjalanan kami belum berhenti sampai di sini, kami masih harus menyambung perjalanan dengan angkot kecil menuju ke basecamp gunung Putri. Karena waktu sampai bukan pada jam trayek angkot berjalan maka kami perlu mencarter. Tawar menawar pun terjadi. Sepertinya para angkot itu sudah tau jadwal kedatangan kami. Tidak perlu mencari karena para sopir angkot itulah yang menghampiri. Sepakat dengan biaya Rp.50.000,- angkot telah kami dapat.
Dikeheningan pagi, angkot yang kami tumpangi mulai menanjak perlahan. Jalan berbatu dan berlubang terus dihajar. Kami miring ke kiri dan ke kanan seakan-akan mengikuti irama musik yang dipasang pak Sopir sepanjang perjalanan.
Pintu masuk gunung Putri berada di ketinggian ±1.500mdpl. Kami tidak langsung mendaki, karena kami harus berkumpul lebih dulu untuk registrasi ulang
Ini adalah kali ketiga ku melakukan perjalanan ke gunung Gede. Aku ikut rombongan pendakian bersama Mountmag dalam rangka perayaan hari jadinya yang pertama. Mountmag adalah majalah elektronik yang siapa saja bisa menikmatinya secara gratis. Cukup dengan mengakses www.mountmag.com. Di usianya yang pertama mountmag yang digaungi oleh Hendri Agustin, M. Anwar S.,Harley B. Sastha, Suwasti, dan Tuti Widiastuti telah berhasil meluncurkan tujuh edisi. Sudah baca semuanya? Saya belum
Menunggu mentari pagi berseri kami beristirahat di salah satu rumah warga yang memang biasa digunakan untuk para pendaki singgah. Meski hanya beralas karpet, dan tidur dempet-dempet, itu sangat cukup buat kami untuk mengembalikan energi. Rebahkan tubuhmu, pejamkan matamu dan nikmati perjalananmu.
(bersambung)
Foto : Merah Hitam Surya Kencana
Karena biasanya untuk kata pertama, akan selalu diingat kan?benar kan?
Ya...dengan pertama akan ada kedua, ketiga, dan seterusnya atau bahkan tidak akan pernah ada kedua, ketiga dan seterusnya. Tergantung bagaimana permulaannya.
Pertama kali aku mengenal atau dikenalkan atau memaksa untuk kenal dengan kegiatan mendaki gunung yaitu ke gunung Gede, dengan ketinggian ±2.958 mdpl. Saat itu sekitar tahun 2007 aku memaksa minta dikenalkan untuk mengenal kegiatan mendaki kepada sahabat-sahabatku yang lebih dulu tahu ketimbang aku. Sebagai perkenalan, dikenalkanlah aku dengan gunung Gede. Kami mendaki melalui jalur gunung Putri. Wew... mengingat kembali perjalanan itu membuatku menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.
Lelahku terbayarkan setelah berjam-jam perjalanan panjang dan tidak gampang. Aku bertemu pada sebuah padang rumput yang luas sekali. Dimana banyak terhampar tanaman bunga edelweis yang sedang bermekaran. Lupa akan letihku yang bahkan sempat berfikir untuk berhenti saat di tengah perjalanan. Alun-alun Surya Kencana. Alun-alun yang berada di ketinggian ± 2.750 mdpl itu menyihirku dengan segala keindahannya. Membuatku terperanga saat memandang ciptaan Sang Maha Kuasa. Aku jatuh cinta.
Di keluarga ku tidak ada yang memiliki hobi mendaki gunung. Ayah, ibu, kakak, atau adik? Sampai saat ini aku belum pernah mendengar cerita kalau mereka pernah ke sini atau ke sana. Bahkan Ayah pernah bilang, “kamu mengikuti jejak siapa?” Meskipun aku tidak bisa bilang mendaki gunung adalah hobi, tapi kalau ada kesempatan aku cukup tertarik untuk ikut. Hmm...dengan pertimbangan ini itu pastinya
Mendaki gunung itu capek, kotor, dan menghabiskan uang. Tapi koq ya makin banyak aja yang mendaki?
Capek? Iyalah...jalan datar aja kalau jauh jaraknya capek, apalagi mendaki yang harus melintasi jalan yang tidak datar berhari-hari. Menanjak. Menurun. Melompat. Merangkak.
Kotor? Ya dibersihin aja..hehe..
Menghabiskan uang? Yaa...jangan dihabiskanlah uangnya, cukup dikeluarkan seperlunya saja seperti biaya transportasi, logistik dan lain-lain
Mendaki gunung tidak hanya tenaga yang diperlukan, melainkan pengelolaan emosi juga dibutuhkan. Bukan sekedar ingin segera sampai, tapi bagaimana kita menikmati perjalanan. Mengatur ritme langkah dengan nafas yang tersengal. menjalin kebersamaan dan persahabatan yang begitu kental. Ada rasa yang tak dapat diungkapkan melainkan kita sendiri yang merasakan.
Menuju gunung Gede bisa dilalui dari beberapa jalur. Pertama yaitu jalur Gunung Putri , jalur yang aku kenal pertama kali. Jalur yang singkat namun terus, terus dan terus menanjak. Hanya pada setelah pos terakhir “Simpang Maleber” kita akan bertemu jalan datar, dan berati sebentar lagi akan sampai. Kedua yaitu jalur Cibodas, jalur yang lebih panjang karena harus memutar. Jalurnya agak sedikit ringan, tolong dicatat hanya sedikit. Di jalur ini banyak pemandangan yang bagus, diantaranya telaga biru, curug Cibereum, dan air panas. Dan yang ketiga jalur Salabintana, jalur ini lebih panjang lagi dari kedua jalur sebelumnya. Saat pendakian pertama, aku turun lewat Salabintana.
Meskipun tempat yang dituju itu lagi, itu lagi, tapi akan selalu ada cerita baru dan seru. Dengan ataupun tidak dengan orang-orang yang sama. Dan cerita perjalanan itulah dimulai.
Jumat, 1 Juni 2012
Terminal Kampung Rambutan menjadi meeting point kami. Ada beberapa rombongan lain pun sudah terlihat dengan carriel-carriel besarnya, samakah perjalanan kita?
Makin malam satu persatu rombongan meninggalkan terminal, namun ada juga yang masih berdatangan. Tim kami bersepuluh jadinya, kusebut dari yang pertama tiba; Adhie,Comeng, Joe, Opay, Agus, Cris, Ragil,Diana, dan Riri sudah kumpul semua. Hmm..yang diabsen baru sembilan, satu lagi? Yang satu lagi Cebe, akan menyusul dengan roda duanya, nanti.
Hari hampir menjelang pagi. Bus yang kami tumpangi penuh dengan para pendaki, syukurlah kami masih dapat duduk untuk sejenak beristirahat. Dengan tarif Rp.15.000 per orang kami diantar ke pasar Cipanas. Sepanjang jalan aku biarkan mata ini terpejam hingga sampai.
Waktu menunjukkkan pukul 3 pagi. Udara pagi buta menyerap ke pori. Dingin sekali. Perjalanan kami belum berhenti sampai di sini, kami masih harus menyambung perjalanan dengan angkot kecil menuju ke basecamp gunung Putri. Karena waktu sampai bukan pada jam trayek angkot berjalan maka kami perlu mencarter. Tawar menawar pun terjadi. Sepertinya para angkot itu sudah tau jadwal kedatangan kami. Tidak perlu mencari karena para sopir angkot itulah yang menghampiri. Sepakat dengan biaya Rp.50.000,- angkot telah kami dapat.
Dikeheningan pagi, angkot yang kami tumpangi mulai menanjak perlahan. Jalan berbatu dan berlubang terus dihajar. Kami miring ke kiri dan ke kanan seakan-akan mengikuti irama musik yang dipasang pak Sopir sepanjang perjalanan.
Pintu masuk gunung Putri berada di ketinggian ±1.500mdpl. Kami tidak langsung mendaki, karena kami harus berkumpul lebih dulu untuk registrasi ulang
Ini adalah kali ketiga ku melakukan perjalanan ke gunung Gede. Aku ikut rombongan pendakian bersama Mountmag dalam rangka perayaan hari jadinya yang pertama. Mountmag adalah majalah elektronik yang siapa saja bisa menikmatinya secara gratis. Cukup dengan mengakses www.mountmag.com. Di usianya yang pertama mountmag yang digaungi oleh Hendri Agustin, M. Anwar S.,Harley B. Sastha, Suwasti, dan Tuti Widiastuti telah berhasil meluncurkan tujuh edisi. Sudah baca semuanya? Saya belum
Menunggu mentari pagi berseri kami beristirahat di salah satu rumah warga yang memang biasa digunakan untuk para pendaki singgah. Meski hanya beralas karpet, dan tidur dempet-dempet, itu sangat cukup buat kami untuk mengembalikan energi. Rebahkan tubuhmu, pejamkan matamu dan nikmati perjalananmu.
(bersambung)
Foto : Merah Hitam Surya Kencana
Gunung Penanggungan... :)
BalasHapusaku belum pernah ke sana..... :D
BalasHapus