Jumat, 06 Januari 2012

Galunggung, Menghabiskan Tahun (1)


Bukan suatu keharusan apalagi kewajiban menghabiskan hari di penghujung tahun dengan suatu kegiatan. Bebas. Apa saja boleh dilakukan. Mau jalan-jalan, makan-makan, atau tidur bahkan berdiam sekalipun itu semua pilihan. Tak ada aturan yang mengharuskan begini atau begitu. Bagiku, akhir tahun adalah waktunya aku harus mengganti kalender meja kerjaku. Huh..tapi sayang, belum ada yang gratisan. Hehe

Menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan saat memo liburan diumumkan. Aku yang tadinya harus tetap bekerja di penghujung tahun 2011, akhirnya bisa membuat rencana dadakan untuk liburan.  Aku memilih ikut rombongan kawan yang akan ke Gunung Galunggung. Alhamdulillah… sesuatu




Jakarta. Jumat, 30 Desember 2011

Macet tak bisa dihindarkan. Kendaraan saling berebut jalan untuk dapat segera sampai di tempat tujuan. Rencana awal pemberangkatan pukul sembilan jadi melorot sampai jam sebelas malam.  Perjalanan dadakan ini membuatku minim persiapan, bahkan aku pun tidak tau siapa-siapa saja yang ikut. Hingga akhirnya  baru aku tau pada saat sudah sampai di lokasi meeting point yang sudah ditentukan.  Halte Trans Jakarta Pasar Rebo. 16 orang siap dengan segala perlengkapan. Tapi ternyata Uchit dan pasangan hanya ikut mengantar, dan Wawan hanya ikut rombongan tapi beda tujuan.




Maksud hati bisa mencegat bus tujuan Tasikmalaya di tengah jalan, tapi apa daya bus tak kunjung datang. Kami berjalan menuju terminal Kampung Rambutan. Berhubung sudah larut malam, maka dapatlah kami bus yang tak sepadan antara tarif dan fasilitas yang ditawarkan.  Buatlah perjalanan ini menyenangkan, apapun keadaannya.  Kalau Gigi Band bilang di salah satu penggalan liriknya “mau tak mau terima sajalah”

Perjalanan panjang dimulai. Bismillah.

Tasikmalaya. Sabtu, 31 Desember 2011

Pagi yang mengagumkan, dimana sejuk alami langsung menyapa  kami. Kami turun di terminal Indihiang setelah sebelumnya berhenti sekali untuk melaksanakan sholat Subuh dan istirahat sebentar.  Kemudian bus ekonomi yang kami tumpangi kembali melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir. Kami berpisah dengan Wawan.



Perjalanan yang cukup melelahkan. Istirahat menjadi pilihan sebelum kami melanjutkan misi. Isi perut dengan semangkuk bubur dan teh hangat, lumayan untuk mengembalikan energi yang hilang selama di perjalanan semalam.

Tujuan kami belum sampai. Mumpung belum terlalu siang, perjalanan kembali kami lanjutkan dengan mencarter angkot yang langsung menuju lokasi. Dengan biaya Rp.200.000,- kami sudah dapat diantar ke kawasan wisata alam Gunung Galunggung tanpa membayar tiket masuk lagi karena sudah termasuk. 

Gunung Galunggung merupakan gunung berapi dengan ketinggian 2.167 meter di atas permukaan laut (mdpl). Letusan terakhir tercatat terjadi pada tahun 1982-1983. Terletak sekitar 17 km dari pusat kota Tasikmalaya. Terdapat beberapa daya tarik wisata yang ditawarkan antara lain obyek wisata dan daya tarik wanawisata dengan areal seluas kurang lebih 120 hektare di bawah pengelolaan Perum Perhutani. Obyek yang lainnya seluas kurang lebih 3 hektar berupa pemandian air panas (Cipanas) lengkap dengan fasilitas kolam renang, kamar mandi, dan bak rendam air panas. (Wikipedia)

Mungkin karena hari libur, apalagi di penghujung tahun, kawasan wisata ini sudah mulai ramai sejak kami datang. Para pedagang sudah menjajakan berbagai jenis dagangannya. Aktifitas pemandian pun sudah dimulai. Terdengar riuh suara orang-orang yang bermain di kolam.



Kami mulai bersiap untuk melakukan trekking menuju kawah Galunggung yang menjadi tujuan kami. Sebetulnya terdapat dua jalur yang disediakan, jalur aspal dan jalur hutan. Tinggal pilih mana yang mau kita lewati. Ada ojek motor yang siap mengantar kalau tak mau kelelahan berjalan, tapi tidak kami lakukan. Kami memilih menikmati jalur trekking. Rimbunnya pepohonan yang menutup jalur jalan, tanjakan, turunan, jalan tanah dan berbatu yang akan kami lewati. “Kita akan ber-easy trekking saja”, itu info yang kami terima di itinerary acara.



easy trekking” yang harus dipertanyakan? it’s not easy you know… we are tired..haha
Berpeluh dan sesekali mengeluh. Baiklah kita nikmati saja. Toh ini yang akan kami rindu sesudahnya, pengalaman yang luar biasa. Jalur yang cukup panjang membuat kami beberapa kali berhenti untuk mengatur nafas yang mulai tersengal.



Seperti mendapatkan kejutan, hadiah tak disangka-sangka, di tengah perjalanan kami bertemu warung sederhana menjual aneka minuman dan panganan rujak serta gorengan. Ini masih hutan bukan? Dan yang cukup membingungkan, bagaimana ia mengendarai motor hingga sampai di tempat semacam ini? Hebat.



Jalur pertama berhasil kami lewati, berujung pada sebuah jalan beraspal di persimpangan yaitu pertemuan antara jalur aspal dan jalur hutan. Berbagai jenis kendaraan yang melintas cukup membuat tak nyaman, akhirnya kami kembali memasuki jalur bukan aspal. Kali ini jalur pasir yang ditawarkan. Menanjak juga pastinya, tapi ini lebih indah dibanding jalur aspal yang sering kami temui di Jakarta :D



Puncak kawah Galunggung sudah mulai terlihat. Deretan 620 anak tangga menuju kawah menjadi pemandangan yang mengagumkan. Mendung yang sedang menggelayut di langit tak menyurutkan langkah kaki kami untuk terus menapaki langkah demi langkah.



Perjalanan kami hentikan pada pelataran parkir sebelum menuju kawah. Beristirahat sebentar di salah satu warung yang berjajar untuk sekedar menghangatkan perut dengan segelas teh hangat atau kopi, dan mengisi perut yang mulai kruyuk-kuruk.  Syukurlah, hujan baru datang ketika kami sedang bersantai.

(bersambung)

pict. koleksi pribadi, dkk@Boim Pengembara, @Fajar Dwi Aryanto, @Ochie Winaga, @Chandra Novrizal


2 komentar:

  1. Lanjuuutt... Kasih rincian budget jg donk Pay :-)

    BalasHapus
  2. hehe..okeh mba dee,,lg nyari inspirasi dulu euy :D
    eh iyaa..ga ada rincian budget nya ya,,coba deh nanti aku masukin di catper selanjutnya *mikirr..mau nulis apa lagi :D

    BalasHapus