Hujan sudah reda, dan aktifitas kembali menggeliat. Anak-anak tangga kembali dipenuhi pengunjung yang ingin mencapai puncak kawah. Dan kami pun menyiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan yang terhenti.

Kami memilih tidak melalui tangga, melainkan jalur pasir yang tidak landai. Pasir hitam dan basah menjadi perjalanan yang mengasyikkan. Ditambah lagi pemandangan yang terhampar dari ketinggian tempat kami berdiri. Hijau pegunungan sejauh mata memandang mengelilingi kami. Beberapa air terjun yang meluncur di sela-sela tebing tak kalah mengagumkan. Subhanallah, sungguh indah ciptaan Mu Tuhan.

Tidak berhenti mata kami disuguhkan dengan pemandangan mencengangkan. Sesampainya kami di puncak kawah, decak kagum kembali kami utarakan pada Sang Maha Pencipta. Gunung Galunggung menyuguhkan keindahan alam yang sangat sangat memesona. Kami dapat melihat danau kawah yang terbentang di bawah sana. Terdapat pemunculan kubah lava di dalam danau kawah setinggi 85m dengan ukuran 560x640 m yang kemudian dinamakan gunung jadi. (Wikipedia)

Tak sabar kami ingin menyambanginya. Namun hasrat narsis yang tak tertahankan, “memaksa” kami untuk bergaya mengabadikan momen. Sudah banyak pengunjung yang telah sampai sedang asyik menyaksikan keindahan kawah yang terbentang. Tak jauh beda dengan yang kami lakukan, mereka pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan berfoto dengan latar alami yang menakjubkan.
Tak perlu takut kelaparan atau kehausan, karena di puncak kawah ini berjejer warung penjual makanan dan minuman. Tinggal cukup menyediakan uang, dan bayar

Hembusan angin kencang menjadi pertimbangan kami untuk tidak mendirikan tenda di puncak kawah. Kami kembali melanjutkan perjalanan menuju kawah melalui turunan terjal. Kami memilih jalur Zorro yang cukup terkenal. Ya..jalur menurun berbentuk seperti huruf Z dari kejauhan. Jalur pasir dan bebatuan. Tak ada dahan apalagi pepohonan. Dibutuhkan kehati-hatian ekstra saat melintasinya. Berpegang tangan, saling menjaga. Selangkah demi selangkah kami menuruninya.
Sesampainya kami di tanah datar, kami tertegun menatap jalur yang tadi telah dilalui. Tidak kalah tertegunnya aku saat melihat kondisi alas sepatu yang sudah menganga. Wuuaaahhh…sepatuku rusak

Hamparan tanah datar, danau hijau karena ditumbuhi ganggang, dan sungai yang membentang di tengah kawah membuatku melupakan sepatu yang menganga.haha.
Aku begitu antusias, begitu juga dengan kawan yang lain. Segera kami mencari tempat yang pas untuk mendirikan tenda. Persis di pinggir danau, tiga buah tenda berhasil kami dirikan. Menggelar flysheet di depan tenda sambil beristirahat menikmati indahnya kawah. Bercanda, bersenda gurau, tertawa dan kami bahagia.

Di sela-sela kami beristirahat, kami kedatangan tamu. Kang Darwis beserta istri membawakan kami nasi tutug oncom. Oh ya.. Kang darwis ini adalah temannya bang boim yang tinggal di Tasik, yang sejak diperjalanan terus memantau kami dan memaksa kami untuk mau dibawakan sesuatu.haha ( lha…maksa minta direpotin :D)
Langit mulai gelap, dan sebelum benar-benar gelap kami sudah harus ke sungai untuk mengambil beberapa botol air untuk memasak dan sekaligus bersih-bersih. Dinggiin..alirannya membasahi kaki-kaki kami. Segaaarr..ketika air tepat membasuh muka.
Sambil menunggu pergantian malam di tahun baru, kami mulai memasak. Spagety menjadi menu utama. Teh dan kopi tak ketinggalan untuk melengkapi hidangan.
Malam belum juga berbintang, karena awan tebal masih setia menyelimuti. Namun cuaca sangat mendukung untuk kami tetap berada di luar tenda menikmati makan malam bersama kawan. Diselingi canda dan tawa yang terus tercipta seperti tak kenal lelah. Tentang harapan dan cita-cita yang ingin dicapai menjadi perbincangan malam ini.
Makin malam, langitpun mulai terang. Kerlip bintang mulai menghiasi langit yang hitam. Angin seperti mengerti keinginan kami, ia membawa awan pergi. Ini yang selalu kurindukan, menatap langit dengan taburan bintang membawa kedamaian.

Hingga akhirnya tepat pukul duabelas malam, satu detik setelahnya kami sudah berada pada tahun yang baru. 2012. Meninggalkan sejuta kisah di tahun yang baru saja berlalu.2011. Letusan kembang api menghiasi langit Galunggung malam ini. Entah dari mana berasal. Kami turut menikmati saja.
Setelah euforia malam tahun baru usai, aku menyempatkan waktu untuk membuat perenungan. Tentang masa depan yang ingin kucapai. Tentang masa lalu yang harus dijadikan pelajaran. Semua kurangkum dalam doa yang kupanjatkan dalam keheningan.
Satu persatu mulai masuk ke tenda untuk segera beristirahat, termasuk Aku, sudah lebih dulu karena tak tahan dengan udara dingin di luar. Sementara beberapa kawan yang lain masih menikmati indahnya malam. Hingga akhirnya mata ini terpejam dan tak mendengar lagi keriuhan di luar. Selamat istirahat kawan.
(bersambung)
pict. koleksi pribadi, dkk@Boim Pengembara, @Fajar Dwi Aryanto, @Ochie Winaga, @Chandra Novrizal
Kami memilih tidak melalui tangga, melainkan jalur pasir yang tidak landai. Pasir hitam dan basah menjadi perjalanan yang mengasyikkan. Ditambah lagi pemandangan yang terhampar dari ketinggian tempat kami berdiri. Hijau pegunungan sejauh mata memandang mengelilingi kami. Beberapa air terjun yang meluncur di sela-sela tebing tak kalah mengagumkan. Subhanallah, sungguh indah ciptaan Mu Tuhan.

Tidak berhenti mata kami disuguhkan dengan pemandangan mencengangkan. Sesampainya kami di puncak kawah, decak kagum kembali kami utarakan pada Sang Maha Pencipta. Gunung Galunggung menyuguhkan keindahan alam yang sangat sangat memesona. Kami dapat melihat danau kawah yang terbentang di bawah sana. Terdapat pemunculan kubah lava di dalam danau kawah setinggi 85m dengan ukuran 560x640 m yang kemudian dinamakan gunung jadi. (Wikipedia)

Tak sabar kami ingin menyambanginya. Namun hasrat narsis yang tak tertahankan, “memaksa” kami untuk bergaya mengabadikan momen. Sudah banyak pengunjung yang telah sampai sedang asyik menyaksikan keindahan kawah yang terbentang. Tak jauh beda dengan yang kami lakukan, mereka pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan berfoto dengan latar alami yang menakjubkan.
Tak perlu takut kelaparan atau kehausan, karena di puncak kawah ini berjejer warung penjual makanan dan minuman. Tinggal cukup menyediakan uang, dan bayar

Hembusan angin kencang menjadi pertimbangan kami untuk tidak mendirikan tenda di puncak kawah. Kami kembali melanjutkan perjalanan menuju kawah melalui turunan terjal. Kami memilih jalur Zorro yang cukup terkenal. Ya..jalur menurun berbentuk seperti huruf Z dari kejauhan. Jalur pasir dan bebatuan. Tak ada dahan apalagi pepohonan. Dibutuhkan kehati-hatian ekstra saat melintasinya. Berpegang tangan, saling menjaga. Selangkah demi selangkah kami menuruninya.
Sesampainya kami di tanah datar, kami tertegun menatap jalur yang tadi telah dilalui. Tidak kalah tertegunnya aku saat melihat kondisi alas sepatu yang sudah menganga. Wuuaaahhh…sepatuku rusak

Hamparan tanah datar, danau hijau karena ditumbuhi ganggang, dan sungai yang membentang di tengah kawah membuatku melupakan sepatu yang menganga.haha.
Aku begitu antusias, begitu juga dengan kawan yang lain. Segera kami mencari tempat yang pas untuk mendirikan tenda. Persis di pinggir danau, tiga buah tenda berhasil kami dirikan. Menggelar flysheet di depan tenda sambil beristirahat menikmati indahnya kawah. Bercanda, bersenda gurau, tertawa dan kami bahagia.
Di sela-sela kami beristirahat, kami kedatangan tamu. Kang Darwis beserta istri membawakan kami nasi tutug oncom. Oh ya.. Kang darwis ini adalah temannya bang boim yang tinggal di Tasik, yang sejak diperjalanan terus memantau kami dan memaksa kami untuk mau dibawakan sesuatu.haha ( lha…maksa minta direpotin :D)
Langit mulai gelap, dan sebelum benar-benar gelap kami sudah harus ke sungai untuk mengambil beberapa botol air untuk memasak dan sekaligus bersih-bersih. Dinggiin..alirannya membasahi kaki-kaki kami. Segaaarr..ketika air tepat membasuh muka.
Sambil menunggu pergantian malam di tahun baru, kami mulai memasak. Spagety menjadi menu utama. Teh dan kopi tak ketinggalan untuk melengkapi hidangan.
Malam belum juga berbintang, karena awan tebal masih setia menyelimuti. Namun cuaca sangat mendukung untuk kami tetap berada di luar tenda menikmati makan malam bersama kawan. Diselingi canda dan tawa yang terus tercipta seperti tak kenal lelah. Tentang harapan dan cita-cita yang ingin dicapai menjadi perbincangan malam ini.
Makin malam, langitpun mulai terang. Kerlip bintang mulai menghiasi langit yang hitam. Angin seperti mengerti keinginan kami, ia membawa awan pergi. Ini yang selalu kurindukan, menatap langit dengan taburan bintang membawa kedamaian.
Hingga akhirnya tepat pukul duabelas malam, satu detik setelahnya kami sudah berada pada tahun yang baru. 2012. Meninggalkan sejuta kisah di tahun yang baru saja berlalu.2011. Letusan kembang api menghiasi langit Galunggung malam ini. Entah dari mana berasal. Kami turut menikmati saja.
Setelah euforia malam tahun baru usai, aku menyempatkan waktu untuk membuat perenungan. Tentang masa depan yang ingin kucapai. Tentang masa lalu yang harus dijadikan pelajaran. Semua kurangkum dalam doa yang kupanjatkan dalam keheningan.
Satu persatu mulai masuk ke tenda untuk segera beristirahat, termasuk Aku, sudah lebih dulu karena tak tahan dengan udara dingin di luar. Sementara beberapa kawan yang lain masih menikmati indahnya malam. Hingga akhirnya mata ini terpejam dan tak mendengar lagi keriuhan di luar. Selamat istirahat kawan.
(bersambung)
pict. koleksi pribadi, dkk@Boim Pengembara, @Fajar Dwi Aryanto, @Ochie Winaga, @Chandra Novrizal
Salam buat sepatunya Pay :-D
BalasHapushiks.... perbaikan sepatu dimana ya mba?
BalasHapus