Rabu, 21 September 2011

Serba Serbi Kue Serabi


Tidak mudah melakukan sesuatu yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Dan itu yang dinamakan tantangan. Seperti halnya aku mencoba membuat sebuah resep kue serabi, yang biasanya hanya tau bagaimana cara makannya tanpa tau bagaimana cara membuatnya.

Ini berawal dari seorang kawan yang ingin membuat “menu kejutan” pada acara kegiatan alam yang akan kami lakukan bulan depan. Insyaallah.

Semeru Fun Hiking (6)

Kerlip bintang  mulai memudar berganti cahaya sang mentari yang hendak mengucapkan selamat pagi. Ufuk timur mulai memancarkan jingga yang menawan. Meski hanya dilihat dari tenda, ia tetap memesona.
Aku, Diana, dan Ragil menunggu kedatangan kawan-kawan yang lain. Penasaran mendengar cerita yang mereka bawa. Hingga akhirnya satu persatu datang dengan segala ekspresi yang mereka keluarkan. Ternyata dari semua orang yang berusaha menuju puncak, namun tidak semua berhasil mencapai puncak. Tidak berhasil? Belum berhasil. Suatu saat nanti, bisa dicoba lagi.
Di luar dari jam yang diperkirakan untuk semua bisa kembali ke tenda. Ucapan selamat terucapkan bagi kita semua yang telah berusaha. Puncak bukan segalanya, yang terpenting adalah kebersamaan kami semua.
Setelah dari Kalimati, kami berkemah lagi di Ranu Kumbolo. Tepat di bibir danau tenda kami dirikan. Masak-memasak kembali kami lakukan untuk memenuhi hak perut yang mulai berdendang. Menu nasi liwet, spageti, dan kering tempe menjadi hidangan yang menyenangkan. Di dalam tenda kami menghabiskan apa yang terhidang, tapi sayang tidak semua ikutan.
Joe, Diana, Adhi, Ragil, dan Komenk sudah mulai terlelap. Sementara Aku, Riri, Icha, Husin, Ayek, Bawing dan Cebe menikmati sisa malam kebersamaan dengan berbagi cerita dalam tenda. Ada tawa serta canda yang menjadikan suasana begitu hangat. Malam semakin pekat, dingin pun terus menyengat. Dan kami pun perlu beristirahat. Di dalam kantung tidur kami terlelap.
Ranu Kumbolo, 4 September 2011

Sinar jingga kembali kulihat.  Ranu kumbolo yang semakin memikat. Kemilau pantulan mentari begitu hangat. Hingga ku tak ingin waktu berlalu dengan cepat.

Sisa musim kemarau bulan Juli-Agustus masih terasa.Suhu udara mencapai minus 0 derajat. Kondensasi embun yang menempel di tenda-tenda kami berubah menjadi kristal es menjadi sebuah pengalaman yang tak terlupakan.

Ranu Kumbolo adalah danau gunung yang berada di ketinggian 2.400 mdpl, dengan luas sekitar 14 hektar.Kalau melihat Ranu Kumbolo, maka seketika aku seperti kembali pada beberapa tahun lalu, dimana saat diminta melukiskan pemandangan maka dengan sangat lancar tangan kanan akan menggoreskan pensil membentuk dua lengkungan. Di tengahnya terdapat lengkungan kecil yang menggambarkan seolah-olah itu matahari. Ya..seperti itulah tampilan Ranu Kumbolo jika dilihat dari sisi barat.



Ceremony kedua kami lakukan di sini. Berhubung suasananya masih lebaran-an, maka kami melakukan sesi foto-foto dengan menggunakan dress code busana muslim yang telah kami siapkan.

Foto-foto sudah. Sarapan pagi pun sudah meskipun cuma menu seadanya, menghabiskan bahan makanan yang kami bawa. Dan sekarang waktunya melanjutkan perjalanan kembali pulang.

Matahari terus beranjak dari peraduan, sehingga mengharuskan kami untuk segera bergegas meninggalkan tempat seindah ini agar tidak terlalu sore sampai di Ranu Pani.

Lagi-lagi aku menjadi bagian tim yang tertinggal di belakang, bersama Komenk, Cb, Ayek, dan Diana. Memang beban sudah berkurang, tapi ada hal lain yang mengharuskan kami berjalan agak sedikit pelan. Kondisi Diana belum pulih benar, sehingga kami mencoba menyamakan langkah agar dapat sekalian menjaga kalau terjadi apa-apa.

Di tengah jalur kami menemukan sisa kebakaran hutan. Asap putih dan batang kayu serta ranting yang telah berubah menjadi arang hitam. Mungkin kejadiannya malam. Semoga tidak berkelanjutan.

Alhamdulillah, kami semua sampai di Ranu Pani sesuai dengan tenggat waktu yang diperkirakan. Tak kekurangan satu apapun. Riri yang sudah sampai lebih dulu telah berhasil menyewa jip untuk kami pulang. Hhmm.. rasanya kami belum ingin pulang, masih ada waktu libur yang sayang untuk dilewatkan.

Tim Semeru Fun Hiking utuh kembali seperti awal keberangkatan, 20 orang. Kami menuju Bromo dan menginap semalam di Cemoro Lawang sebelum benar-benar kembali pulang ke Jakartaku tersayang. Menikmati kebersaman yang akan menjadi kenangan.
Malang, 5 September 2011

Waktu berlalu begitu singkat, namun banyak kenangan yang didapat. Kenangan yang tercipta akan menambah warna yang semakin indah di tiap jejak-jejak langkah kita. Terimakasih Tuhan atas segala karunia yang telah Engkau berikan.
Menambahkan sedikit catatan lagi, aku ingin mengucapkan maaf dan terimakasih kepada:
- Kedua orang tua ku. Terimakasih atas kepercayaan yang telah diberikan, maaf aku pergi di hari lebaran. Baru kali ini deh perasaan
- Kakak-kakak, adik, dan saudara-saudaraku sekalian, kita sudah saling berjabat tangan meskipun hanya sebentar. Lov u all
- Ebeh, my partner. Maap ya jeung, kerjaanmu melimpah, tapi semua lancar jaya kan? Tak ada masalah? hehe
- Neng Siti, tetangga aku. Makasih ya neng, udah ngasih support. Ternyata cutinya di- acc juga euy,haha
- Riri, Diana, Joe, dan Icha. Makasih kawans, kalian memang dahsyat lah. Joe, ajarin aku bikin donat dunk!!! Diana, klo sekarang mah udah sembuh ya Di? Riri, ini adalah perjalanan keduaku bersamamu, makasih riri
- Adhi, Bawink, Asep, Husin. Salam kenal ya bro, tapi kenapa berasa udah akrab bener ya, huhuhu SKSD
- Komenk alias Ridwan Taufik. Makasih sebanyak-banyaknya yaaaaaaa. Aahh..bingunglah mau nulis apa buat mu sobat.
- Cb alias Cerah berawan alias ii gitu ya namanya kalo ga salah inget, sang master chef. Butuh bimbingannya master!
- Ayek, ditunggu cerita-ceritanya tapi yang ga bikin kita ketawa ada ga?? Hehe :P
- Ragil. Hei...ternyata kita tetanggaan ya? mampir-mampir atuh gil. Oh ya... nanti kalau ditugasin lagi beli tiket, belinya yang bisa online aja ya, biar ga mesti dateng subuh
- Tim nya Heru, yang belum aku kenal semuanya. 7 orang kan ya? Yang aku inget ada Heru, Tri, Rudi, Abel, Silmi, Neng Aya, Omeng. Ups..itu udah 7 ya? Berarti aku udah kenal semuanya dung? Hehe
- Pokoknya aku terimakasih buat semuanya deh , yang aku ga bisa sebutin satu persatu di sini. Alhamdulillah misi kumplit. Dan semua berjalan sesuai rencana. Sesuatu banget yach (gubraks)

Akhirnya selesai juga. Terimakasih udah mau baca catatanku sampai selesai. Kalau mau kritik dan saran silakan (lha?)

Wassalam


-Faidah-

*Foto : Semeru Fun Hiking



Semeru Fun Hiking (5)

Ranu Kumbolo, 2 September 2011

Hangat mentari pagi telah menyapa kami
Selamat pagi kawan… selamat pagi wahai alam…
Sungguh luar biasa indah ciptaan Mu duhai Tuhan

Dingin yang teramat sangat yang menyelinap ke tenda yang aku, Joe, dan Icha tempati tadi malam mengawali ceritaku pagi ini. Beberapa kali aku terbangun karena tak tahan dengan dingin yang menusuk tulang (lebay ga sih bahasanya )

Ternyata Ranu Kumbolo ramai sekali. Banyak tenda-tenda yang berdiri, yang tak sempat aku lihat kemarin malam karena semua telah gelap. Aktifitas pagi ini adalah menyiapkan sarapan dan sesegera mungkin bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke Kalimati.

Menu masak-memasak sesi kedua lebih bervariasi dibanding sesi pertama tadi malam. Om Cebe mengolah kacang hijau yang bisa dimasak hanya dengan waktu15 menit saja akunya, tanpa perlu direndam terlebih dahulu. Padahal dengan cara seperti itu, aku pernah sampai menghabiskan bahan bakar. Salah satu kecanggihan master chef kita, ga salahkan gelar itu tersemat padanya,xixixixi :P Oh ya, satu lagi kecanggihan Om Cebe, nasi yang gagal aku buat tadi malam, pagi ini telah disulap menjadi nasi yang cukup nikmat untuk disantap. Hebat.

Sementara itu, para wanita, aku, Riri, Diana, dan Joe menyiapkan menu tambahannya. Menu hari ini adalah baso goreng, nugget goreng, semua yang digoreng oseng oseng oseng (ups…malah nyanyi,hehe) dan sayur sop. Seketika halaman tenda kami berubah menjadi dapur umum. Semua berkumpul, meracik bahan-bahan yang akan kami jadikan menu sarapan spesial.



Kacang hijau yang lebih dulu matang menjadi makanan pembuka yang meriah. Kami makan dalam wadah yang sama, langsung dari pancinya. Bukan karena tak ada etika, tapi disanalah kebersamaan bisa dirasa.  Terpaksa.

Setelah menu utama sudah matang semua, kami bergantian mengambil jatah makan. Alhamdulillah…nikmat yang tiada tara, semua atas karunia-Nya.

Perut sudah kenyang, waktunya melanjutkan packing barang-barang. Tak lupa sampah dikumpulkan agar tak mengotori tempat seindah Ranu Kumbolo yang kami tinggali semalam.

Di belakang tenda kami berdiri, tanjakan cinta sudah menanti untuk dilalui. Tanjakan cinta menjadi salah satu icon pendakian semeru, dimana ada sebuah mitos yang silakan percaya atau pun tidak. Saat kita berhasil melalui tanjakan cinta tanpa menoleh ke belakang, maka kisah cinta yang dibayangkan akan kesampaian. Namun ada yang bilang, bukan cuma tak boleh menoleh ke belakang melainkan harus terus berjalan tanpa henti sampai ujung tanjakan. Memang tak terlalu curam, tapi dengan tambahan beban di belakang badan menjadikan tanjakan cinta penuh dengan cerita.



Setelah berhasil melalui tanjakan cinta, atur nafas sebentar lalu lanjutkan dengan berjalan sedikit lagi, maka kita akan temui hamparan padang rumput yang sangaaat luas. Dikelilingi bukit dan gunung. Lereng-lereng ditumbuhi pohon- pohon pinus yang menyajikan panorama luar biasa. Oro- oro Ombo namanya. Musim kemarau menjadikan Oro oro ombo tak dapat menampilkan wajah terbaiknya, rumput yang hijau dan bunga warna-warni kini tersembunyi. Kekeringan menjadikan sebagian wilayah Oro-oro Ombo terbakar. Saya sempat berfikir, dilahan seluas Oro-oro ombo kenapa tidak ada berita tentang corp cyrcle ya? Hehe



Setelah jalur panjang di rerumputan, kemudian kami mulai memasuki hutan cemara. Cemoro kandang. Kami sempatkan beristirahat sebentar sebelum kembali memblusuk ke dalam hutan. Sambil menunggu semua berkumpul, kami mengeluarkan minuman segar untuk disajikan di bawah terik matahari, nata the coco. Tak lupa sesi foto-foto dengan segala macam gaya yang tak boleh ketinggalan.

Cemoro Kandang telah dilalui, kami menemukan padang rumput kembali. Jambangan. Meskipun tak begitu luas seperti di Oro-oro Ombo. dari tempat ini kami dapat melihat puncak mahameru gagah berdiri. Bunga edelweis pun sudah dapat ditemui. Bunga edelweis di sini wangi. Tak bosan untuk memandangi lagi, lagi dan lagi.



Mahameru begitu tenang dan damai. Tak ada kepulan asap yang membumbung tinggi sebagaimana cerita-cerita kawan yang mengatakan “akan ada kepulan asap yang menjulang setiap 15 menit sekali”. Tapi sekarang, cerita itu tak dapat kubuktikan. Mahameru menyimpan misteri tersembunyi.

Sekitar 4 jam perjalanan yang kami tempuh dari Ranu Kumbolo untuk bisa sampai ke Kalimati.  Pondok Kalimati merupakan tempat untuk persiapan terakhir yang berada di ketinggian 2700 mdpl sebelum menuju Mahameru. Nama Kalimati berasal dari sebuah sungai yang tidak lagi berair. Kali. Mati. Daerah Kalimati berupa padang rumput dengan tumbuhan semak dan hamparan bunga edelweis. Dikelilingi hutan dan bukit-bukit. Terdapat sumber air bernama Sumber Manik di sebelah Barat dari Pondok Kalimati. Di sini kami mendirikan tenda kembali.



Sebagian mendirikan tenda, sebagian mengambil air, dan sebagian lagi menyiapkan makan siang yang sudah hampir sore sekaligus malam. Sesi masak-memasak dibuka kembali. Menunya tak kalah spesial seperti tadi pagi, kali ini nasi putih, sosis asam manis, dan pecel  sayuran. Sementa Joe menyiapkan menu kejutan untuk nanti malam, donat.

Meskipun ada larangan mendaki terus sampai ke puncak, tapi kami mencoba uji nyali. Bukan hanya kami, tetapi hampir semua para pendaki yang sudah sampai Kalimati atau lebih tinggi. Mencoba peruntungan agar dapat sampai ke puncak. Menuju puncak dilakukan mulai dari tengah malam, dengan tujuan agar saat sampai maksimal tidak terlalu siang. Akan ada gas beracun yang keluar dari kawah jonggring saloko yang membahayakan.

Saat langit mulai gelap, maka kami harus bersiap-siap untuk segera terlelap. Istirahat lebih cepat tapi tak melupakan sholat. Alarm handphone sudah diatur, dan waktunya tiduuurrr…zzzZZZzzzz….


Menuju Puncak



Tepat tengah malam, keriuhan sudah mulai terdengar. Persiapan-persiapan sudah mulai dilakukan. Kami hanya membawa perbekalan secukupnya; buah-buahan, donat, dan  agar jelly yang akan memeriahkan acara ceremony saat puncak telah kami temui.

Pukul 01.00. Tim telah siap diberangkatkan. Dimana sebelumnya kami menyempatkan membuat makanan dan minuman hangat untuk sekedar menganjal perut yang mungkin sudah keroncongan (baca:lapar). Berdoa keselamatan tak pernah ketinggalan, itu selalu kami lakukan agar kami semua mendapat perlindungan dari-Nya.Amin.

Satu persatu kami mulai berjalan menyusuri jalur Kalimati. Lalu masuk ke hutan yang jalurnya terus dan terus menanjak. Aku banyak sekali melakukan istirahat, sementara teman-teman yang lain sudah jauh melesat cepat. Formasi masih tetap sama, masih ada komenk yang setia menemani. Om Cebe dan Ayek akhirnya mendahului.

Bukan saja hanya tanjakan yang menghiasi, tapi pasir dan debu pun telah bercampur. Aku selalu minta berhenti, lalu Komenk memintaku untuk jalan kembali.
“ayo Pay jalan lagi, udah tanggung sedikit lagi”
Merasakan medan yang cukup melelahkan, targetku hanya sampai Arcopodo atau batas vegetasi, dimana pohon-pohon sudah tak ada lagi.

Pukul 03.15 Akhirnya kami sampai di Arcopodo yang berada diketinggian 2900 mdpl. Banyak tenda-tenda yang berdiri tapi tak berpenghuni. Saat menuju puncak, tenda tak perlu dibawa. Cukup ditinggalkan begitu saja. Teman-teman yang lain sudah sangat jauh tak terlihat, sedangkan aku, masih saja mengatur langkah yang tak juga membawaku melangkah jauh. Keinginanku ingin sekali terus bisa melaju, tapi rasanya tubuh ini meminta untuk cukup saja sampai di sini.

“Ayolah… tanggung”, Komenk mencoba menyemangati.
Ternyata masih tertinggal di belakang ada Silmi, Abel dan Asep. Kesempatanku untuk bisa beristirahat lebih lama karena sambil menunggu mereka bisa berada di tempat yang sama.

Perlahan langkahku mulai gontai, namun tak ada pilihan selain melanjutkan pendakian. Tak ada yang mau menyudahi hanya sampai di Arcopodo karena puncak sedang menanti.
“sampai batas vegetasi saja ya”, rengekku ke komenk. Aku rasa Komenk pun tak tega, tapi mau bilang apa. Komenk tak mungkin meninggalkanku sendiri, sementara itu komenk pun ingin sekali bisa sampai puncak tertinggi.

15 menit berlalu. Kami menemui Diana dan Ragil yang sedang mencoba turun. Alangkah senang bukan kepalang si aku. Tak ada alasan Komenk untuk tidak mengizinkan aku tidak melanjutkan pendakian. Sekarang aku ada teman.

Diana terpaksa harus turun kembali karena kondisi kesehatan yang tak memungkinkan. Diare menyerang. Sakitnya Diana, menjadi keuntungan buatku, tapi tenang, aku tak akan tertawa meskipun dikau menderita, tidak seperti yang ada diungkapan “tertawa di atas penderitaan orang lain” :D

Disaat kami turun untuk kembali ke tenda, kami bertemu seseorang yang juga berniat untuk turun. Dia sempat tersasar katanya saat turun dari hampir puncak. Ya..laki-laki itu yang aku tak sempat menanyakan namanya belum berhasil menggapai puncak, karena alasan yang sama seperti Diana akhirnya memutuskan untuk turun. Tidak ingin memaksakan dari pada terjadi hal-hal yang tidak dinginkan.

Alhamdulillah, kami sudah sampai di Kalimati kembali. Saat turun tak seberat saat naik, jadi waktu yang ditempuh bisa lebih cepat. Dari Kalimati kami dapat menyaksikan selain kelip bintang, melainkan juga kelip dari nyala lampu headlamp para pendaki yang membentuk barisan panjang sampai ke puncak. Sama-sama Indah, dan seperti ada rasa terobati karena untuk saat ini aku tak berhasil menggapai puncak tertinggi pulau yang aku huni. Dan mungkin bila nanti.

(bersambung)


Foto : Semeru Fun Hiking





Selasa, 20 September 2011

Semeru Fun Hiking (4)



Pada posko pendaftaran, terdapat pengumuman pada secarik kertas yang ditempel di dinding. Sebuah peringatan, “Pendakian hanya boleh dilakukan sampai Kalimati”, begitulah isinya. Dan batas waktu mulai pendakian dari resort Ranu pani yaitu pukul 16.00.
Awalnya kami berencana akan menginap sehari di Ranu Pani, dan esok paginya baru mulai menuju Ranu Kumbolo. Namun berdasarkan keputusan bersama, dengan pertimbangan lama perjalanan menuju ranu kumbolo yang sekitar 4 jam, kami memutuskan untuk langsung naik setelah beristirahat. lagi pula hari masih sangat siang.

Waktu menunjukan sekitar 15:30
Briefing kami lakukan sebelum pendakian dimulai. Berdoa demi keselamatan dan menyatukan semangat serta kekompakan.
“Semeru Fun Hiking”…… “Huuuuh”

Satu persatu kami meninggalkan damainya desa Ranu Pani. Jalan beraspal mengantarkan kami masuk ke jalur pendakian. Pemandangan perkebunan yang terhampar di lereng-lereng memanjakan mata-mata kami. Berbelok
ke jalur yang semakin sempit, kanan kiri dipenuhi dengan belukar. Menuju pos 1. Jalur yang kami dapati adalah jalan sempit yang terpasang paving block. Jarak masing-masing kami tidak terlalu jauh dan saling menunggu. Langkah kuatur agar tidak menguras energi terlalu banyak di awal.


Sesampainya di Pos 1 terdapat saung, cukup untuk tempat kami melepas lelah sejenak. Entah sudah pukul berapa, satu persatu dari kami akhirnya sampai. Ketika hampir semua tim berkumpul, maka yang telah sampai lebih dulu mulai melanjutkan perjalanan kembali.

Tak perlu berlama-lama karena perjalanan masih cukup panjang. Setelah melewati pos 1, jarak masing-masing kami sudah tak dapat ditentukan. Ritme perjalanan disesuaikan kemampuan. Kini bukan lagi paving block yang kami pijak.

Dari awal perjalanan ada Komenk yang menjadi “pengawal”. Kesabarannya luar biasa, memberikanku semangat. Sesekali kami membuka obrolan saat berhenti beristirahat. Meneguk air hanya untuk sekedar membasahi tenggorokan yang kering oleh debu-debu yang ikut masuk. Selebihnya, kami memilih diam menikmati perjalanan.

Jalur yang kami lalui mulai bervariasi. Menanjak, menanjak dan menanjak. Sesekali jalan datar dan menurun yang kami sebut dengan istilah “bonus” menjadi penghiburku saat itu. Nafasku berburu satu persatu. Lelah pun menghinggap lebih cepat. Langkahku melambat.

“santai aja Pay”, itu yang selalu dibilang Komenk kepadaku  (santai kayak di pantai, ups)

Semangat itu bukan hanya dari dalam diriku, bukan cuma dari teman seperjalananku, melainkan dari para pendaki yang aku temui, yang kebetulan berpapasan di jalan.
“semangat mba…” (terimakasih kawans  )

Langit tak lagi berwarna jingga. Hangat mentari mulai memudar berganti dingin. Gelap malam mulai menyelinap. Kami harus segera menambah perlengkapan yang kami kenakan; jaket, sarung tangan, dan senter. Selain itu, langkah kami harus lebih hati-hati.

Keinginan untuk segera sampai membuat langkahku tak beraturan.
“aduuuh...”  rintihku tiba-tiba.
“kenapa Pay?” Tanya komenk yang berada di belakangku.
“betisku kram” keluhku sambil mencoba duduk semampunya.
Sakit. Uratnya seperti. Tegang. Perjalanan terpaksa dihentikan. Ku coba melemaskan perlahan-lahan.

Alhamdulillah… rasa sakitnya cepat menghilang. Kami kembali melanjutkan perjalanan. Saat itu hanya tinggal kami berdua. Di depan sudah tak ada siapa-siapa. Di belakang belum terlihat tanda-tanda. Mengikuti jalur yang ada, kami terus berjalan tanpa berhenti. Ternyata kami melewati jalur yang bukan semestinya. Kami terbuai dengan jalur landai yang membawa kami jalan agak jauh memutar. Huuft…


Kemilau air yang membentang luas menandakan kami telah sampai di Ranu Kumbolo, tempat yang kami sepakati untuk berhenti. Namun kami tak tau dimana tenda-tenda tim kami berdiri.

Aku dan Komenk berhenti. Sambil memandang langit yang dipenuhi taburan bintang, kami menunggu kawan yang masih di belakang; Cb, Husin, dan Ayek. Dingin yang menusuk membuat tubuhku terus menggigil, meskipun dua lapis jaket sudah kukenakan. Sesekali ku panggil nama “Riri”, “Diana”, “Joe” secara bergantian untuk mengetahui keberadaan mereka. Namun suaraku seperti tertelan malam di tengah danau yang membentang.

Kami tinggal berlima. Kami harus kembali berjalan menyusuri tepian danau, karena diperkiran tim kami membuat tenda di dekat pos Ranu Kumbolo, yaitu di seberang danau dari tempat dimana kami istirahat sekarang. Di bawah cahaya bintang yang menawan, kami berjalan mengikuti petunjuk yang diberikan.

Pos terakhir Ranu Kumbolo. Aku mencari dengan cara memanggil salah satu nama “Riri”
“Kami di sini”, jawaban yang menandakan keberadaan mereka dan langsung saja kumenghampiri sumber suara. Alhamdulillah, semua telah berkumpul. Beberapa tenda telah berdiri dan sudah diisi. Saat itu waktu menunjukkan pukul 9 malam.

Setelah semua tenda berdiri, kami melakukan kegiatan yang paling aku suka, masak-memasak. Sebagian ada yang menunggu di dalam tenda, menunggu kiriman, ada juga yang sudah tertidur karena kelelahan. Semua kami lakukan dengan riang. Dingin yang makin mencekam sedikit tak dihiraukan. Ditemani seteguk, dua teguk minuman hangat yang telah dibuat menjadi sangat nikmat.

Masak memasak malam ini kami lakukan dengan membuat menu sederhana, mie rebus saja. Padahal rencananya akan ada menu sedikit istimewa, nasi hangat dengan tumis kangkung tauge, dan di tutup dengan puding segar. Tapi rencana itu kami tinggalkan, karena tidak memungkinkan. Kegiatan memasak malam itu tak sesederhana seperti menunya karena kami harus bertarung dengan dinginnya malam.

Obrolan-obrolan ringan ditambah sedikit debat karena perbedaan pendapat tentang cara memasak, bumbu untuk menu yang akan dibuat menjadikan suasana semakin hangat. Pada akhirnya diutuslah secara sepihak Mr. CB sebagai master chef. ( gelar yang tak dapat ditolak

Setelah acara makan-makan selesai, satu persatu mulai masuk ke dalam tenda untuk beristirahat. Selamat malam kawan, selamat malam bintang.

*Foto : Semeru Fun Hiking
 

Kamis, 15 September 2011

Semeru Fun Hiking (3)

Malang,  1 September 2011

Selamat pagi kawan…selamat pagi Malang…

Alhamdulillah..kami sudah sampai di stasiun Malang. Rasanya tak perlu kuceritakan bagaimana nasib kami semalam di dalam kereta. Pertama yang kulakukan saat menjejakkan kaki turun dari gerbong kereta, yaitu berburu toilet. Karena alasan kenyamanan dan kebersihan aku berhasil menahan hasrat untuk mengosongkan kantong kemihku yang sudah penuh. (jangan di contoh ya..ga baik buat kesehatan)

Sebelum kami melanjutkan perjalanan, Heru dan dua orang kawan lainnya langsung mengantre tiket pulang ke Jakarta, khawatir kalau-kalau kehabisan tiket karena bertepatan dengan arus balik. Sebagian dari kami menggunakan kesempatan untuk beristirahat termasuk aku.

Tujuan kami selanjutnya adalah pasar Tumpang. Dengan menyewa dua angkot berwarna biru, 20 orang beserta barang bawaannya berhasil diangkut. Beberapa angkot lain sudah jalan lebih dulu, dan sepertinya kami adalah rombongan terakhir yang meninggalkan stasiun Malang. Tak apalah, masih banyak waktu yang tersedia.

Di tengah jalan, angkot yang aku tumpangi sempat berhenti dua kali. Pertama karena tas yang diikat di atas kap jatuh ke jalan, jadi harus dikencangkan kembali ikatannya. Kedua karena kami mencari tempat foto copy, kami belum me-foto copy kartu tanda pengenal yang menjadi salah satu syarat wajib untuk pendaftaran pendakian selain surat keterangan sehat dari dokter. Alhamdulillah…setelah itu perjalanan lancar sampai di pasar Tumpang. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar satu jam.

Pasar Tumpang merupakan akses point para pendaki yang hendak melakukan pendakian ke Semeru. Dari pasar Tumpang, kami menyewa jip untuk menuju ke resort Ranu Pani. Namun sebelumnya kami mencari tempat makan untuk sarapan. Aku dan Riri mampir ke pasar Tumpang untuk membeli beberapa jenis bahan makanan yang belum kami bawa dari Jakarta yang akan diolah menjadi menu special. Beberapa ikat daun kangkung, sayuran sop, baso, buah mangga, kacang hijau dan bumbu-bumbu yang diperlukan sudah memenuhi kantong belanjaan.



Perut sudah kenyang.  Kebutuhan tambahan sudah disiapkan. Jip sudah siap mengantarkan dengan harga yang sudah disepakati, perorang Rp.30.000,-. Jip yang kami sewa bisa mengangkut 15-20 orang sekaligus.



Tak terbayang sebelumnya kalau ternyata jip yang aku tumpangi harus dengan cara berdiri. Tapi justru disanalah seninya, ada rasa kebersamaan yang didapat. Riri menyarankanku untuk tidak duduk di depan agar bisa melihat pemandangan dan perubahan dingin yang dirasakan saat jip terus naik ke dataran yang lebih tinggi. Riri sudah beberapa kali ke Semeru, jadi bukan hal baru merasakan sensasi perjalanan ini, tidak seperti aku. Sekitar 3 jam perjalanan kami akan umpel-umpelan.

Harusnya kami melakukan perizinan terlebih dahulu di Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang letaknya belum terlalu jauh dari pasar Tumpang, namun ternyata jip terus jalan. Baiklah, mungkin perizinan sekaligus dilakukan nanti saat sudah sampai di resort Ranu Pani.

Hawa dingin yang aku rasa sudah semakin merasuk dalam. Jalanan berdebu membuatku tak dapat tetap menatap. Jalan yang tak rata dan menanjak membuat jip oleng ke kanan dan ke kiri, begitu pun juga kami. Jip pickup jenis Toyota hardtop terus meraung melewati jalan sempit  yang terus menanjak. Sesekali ranting pohon yang tumbuh liar di sisi jalan menyapa wajah-wajah kami.


Di tengah perjalanan kami behenti sejenak, entah apa nama tempatnya. Dari posisi kami berhenti, pemandangan bukit teletubies Bromo memanjakan mata. Meski bukan hijau yang kami dapatkan karena habis kebakaran, namun pesonanya membuat kami tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk berfoto-foto ria. Berbagai gaya kami cipta yang tertangkap di lensa kamera.

Hari makin siang, perjalan kami lanjutkan. Dari kejauhan, puncak Mahameru yang menyembulkan asap putih menjadi pemandangan sangat mengagumkan. Ucapan selamat datang untuk kami yang segera bertandang.


Selamat datang di desa Ranu Pani. Desa Ranu Pani merupakan gerbang masuk bagi para pendaki Gunung Semeru. Terdapat resort sebagai pos perizinan dan pengecekan bagi pengunjung/pendaki yang akan memasuki kawasan gunung Semeru. Berada di ketinggian 2200 mdpl.  Ranu Pani adalah nama sebuah danau gunung di kabupaten Lumajang, di kaki gunung Semeru. Memiliki luas sekitar 4 hektar.  Sayang disayang, saat itu mungkin karena kemarau, air di ranu pani surut, hampir bisa dikatakan kering.

Carriel-carriel diturunkan satu per satu. Riri dan Joe langsung mengurus perizinan. Sudah banyak pendaki yang sudah sampai lebih dulu, bahkan ada yang sudah melakukan pendakian.


Kami kembali beristirahat di posko pendakian, sambil melakukan packing ulang. Meninggalkan barang-barang yang sekiranya tidak dibutuhkan seperti baju ganti untuk pulang nanti dan lain sebagianya. Bersih-bersihpun kami lakukan. Aku menyempatkan mandi dengan air yang membekukan dan tak lupa laporan pada yang Maha segalanya semoga diberi keselamatan.


(bersambung)

*foto : Semeru Fun Hiking


Rabu, 14 September 2011

Semeru Fun Hiking (2)

Terancam gagal, Oh tentu tidak. Dilema pemerintah dalam penetapan  tanggal  1 syawal 1432 H tidak berpengaruh pada rencana pemberangkatan kami. Sebagai warga negara yang baik yang taat pada pemimpinnya, tetap setia menunggu keputusan diumumkan, tapi tidak merubah rencana yang sudah ditetapkan. Lagi pula tiket yang sudah dipesan tidak dapat diubah tanggal pemberangkatannya (maklum kereta ekonomi).


"Karna hilal setitik, rusak opor sebelanga", peribahasa pelesetan yang langsung tenar.

Saat keputusan sudah diumumkan bahwa tanggal 31 Agustus 2011 sebagai 1 syawal 1432 H, maka yang aku lakukan adalah menjadwalkan kunjungan silaturahim ke rumah saudara terdekat hanya sampai sekitar jam 9, selebihnya aku gunakan untuk mengecek kembali kelengkapan yang akan dibawa. Syukurlah...orang rumah ga protes, intinya komunikasi.

Info terakhir, kami harus sudah sampai di stasiun Senen sekitar jam 12, meskipun pemberangkatan kereta baru pukul 14.00 wib, untuk mencari tempat duduk yang kosong untuk kami tempati.

Pemberangkatan

Jakarta, 31 Agustus 2011

Sekitar jam 11 beberapa kawan sudah sampai di stasiun Senen, sambil menunggu yang lain, dan pastinya tiket yang aku pegang. Aku agak telat datang karena sempat ketiduran, walhasil di gerbong 1 sudah penuh, dan 9 tiket tidak mendapat tempat duduk. Maaf. (pengakuan dosa)

Ada sistem baru yang berlaku, karena biasanya kalau tiket tanpa tempat duduk itu bisa di gerbong mana aja, yang penting ada bangku kosong maka kita bisa menempatinya. Tapi itu tidak berlaku, tiket tanpa tempat duduk itu sudah ditentukan di gerbong mana kita akan “terlantar” jadi periksa kembali di gerbong mana kita di tempatkan sebelum kena sanksi dari petugas kereta api. Ada beberapa orang yang mesti pindah karena ternyata gerbongnya salah.

Beruntung tiket tambahan buat 4 orang yang dibeli Asep beda gerbong, di gerbong 3, jadilah aku, Riri, dan Asep langsung berburu tempat duduk. Alhamdulillah…ada  bangku kosong yang siap ditempati berkapasitas 6 orang dan diputuskan untuk tempat duduk  5 perempuan dan si pembeli tiket yang lebih memilih tidak ikut  bergabung dengan para lelaki di gerbong 1. (lah..tiketnya kan cuma 4 *berfikir*)

Di gerbong 1 ternyata kami bertemu lagi serobongan dengan tujuan yang sama. Rombongan Bekasi yang dipelopori Heru. Riri mengenalnya. Mereka bertujuh yang akhirnya bergabung menjadi satu tim dengan kami. Di gerbong lain banyak juga penumpang yang penampilannya tidak jauh berbeda dengan kami, carriel besar tersangkut di pundak. Mungkin merekapun memiliki tujuan yang sama.

Saat kereta sudah jalan sekitar 3 jam, Joe dan Icha sempat main kucing-kucingan dengan petugas kereta karena beda tiket. Ada rasa was-was juga karena info yang beredar “akan ada sanksi kalau duduk di gerbong yang berbeda dengan yang tertera di tiket” (maklum kami anak baik)
Alhamdulillah…6 tempat duduk bisa kami kuasai (klo kayak gini merupakan kejahatan bukan ya?)

Kereta Matarmaja ontime diberangkatkan pada pukul 14.00
Matarmaja adalah kereta api ekonomi jurusan Malang-Jakarta. Namanya merupakan akronim dari nama-nama kota yang dilewati, yaitu Malang, Blitar, Madiun, dan Jakarta (Pasar Senen).

Selamat tinggal Jakartaku tersayang. Pergiku tak akan lama, karena aku akan kembali.
Sekitar 18 jam ke depan aku akan berada di dalam kereta ini. Perjalanan yang cukup panjang dan semoga saja menyenangkan


(bersambung)

*foto : google & Semeru Fun Hiking

Selasa, 13 September 2011

Semeru Fun Hiking (1)


 “mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah tanpa lelah
sampai engkau meraihnya”
(Laskar Pelangi, Nidji)

Huufft… sulit sekali rasanya mengawali tulisan kali ini. Banyak yang ingin kuceritakan namun tersendat  di otak. Mengenai perjalanan yang berawal dari mimpi. Mimpi yang terus menari hingga akhirnya terpenuhi. Alhamdulillah.

Baiklah kawan, sebelum aku menggali ingatanku beberapa hari kemarin, izinkan aku mengucapkan “Selamat hari Raya Idul Fitri 1432H, Mohon maaf lahir dan batin”

Kusebut ini mimpi karena ini adalah impianku sejak dulu.  Bukan mimpi sehari , seminggu, atau sebulan yang lalu. Ini mimpi dari sekitar empat tahun yang lalu. Sejak aku dikenalkan tentang puncak-puncak tertinggi. Tentang sebuah keindahan alam ciptaan Tuhan yang tak tertandingkan. Tentang kebersamaan yang tak terpisahkan. Tentang persahabatan yang melekat erat. Tentang banyak hal yang bisa kudapat.  Tentang Semeru yang ingin aku tuju. Mungkin bagi sebagian orang, Semeru bukan hal yang baru. Tapi bagiku, Semeru adalah sesuatu (ikutin trend ah ). 

Ada yang berbeda untuk perayaan lebaranku kali ini. Aku meninggalkan sedikit kenyamanan menuju kenyamanan yang lain. Bersama sabahat mencari damai mengasah pribadi mengukir cinta ( Loh..itukan lirik lagu Mahameru- nya Dewa 19 ). Dari jauh-jauh hari telah aku persiapkan segalanya. Mulai dari perizinan orang tua sampai ke perizinan kantor  tempat aku bekerja. Sebulan sebelumnya bahkan (maklum terikat kontrak). Koordinasi dengan kawan-kawan seperjalanan dilakukan melalui media jejaring social. Oh ya..aku belum mengenal mereka semua, jadilah saat itu teman ku bertambah.

Persiapan


Riri sang koordinator menyusun daftar kelengkapan-kelengkapan apa saja yang harus disiapkan. Berhubung rencana yang kami buat adalah saat musim lebaran, jadi pemesanan tiket kereta menjadi perhatian. Beberapa kawan sudah mulai mengecek ke stasiun Senen untuk melakukan pemesanan, namun tiket baru dapat dipesan seminggu sebelum pemberangkatan.
 
Rencana kami berangkat lebaran hari kedua, kalau dilihat di kalender yang sudah terlanjur tercetak jatuh pada tanggal 31 Agustus 2011. Dengan pertimbangan lama perjalanan, waktu cuti bersama dan cuti tambahan.

Seminggu sebelum pemberangkatan, diutuslah Ragil untuk memesan tiket kereta api Matarmaja. Pagi-pagi benar Ragil sudah sampai di stasiun Senen. Khawatir tidak mendapatkan tiket. Aku dan Icha datang memberi dukungan. Beruntung antrean tidak terlalu panjang, dan 9 tiket bisa didapatkan dengan lancar. TANPA TEMPAT DUDUK tertulis pada lembaran tiket yang kami dapatkan. Ya..inilah resiko bepergian saat lebaran, saat arus mudik, berbagai moda transportasi jadi rebutan.

Satu minggu waktu yang tersisa untuk kami gunakan sebagai persiapan. Sekali pertemuan kami lakukan untuk membicarakan tentang manajemen perjalanan. Dan 13 orang siap diberangkatkan.

(bersambung)


*foto : Semeru Fun Hiking