Selasa, 20 September 2011

Semeru Fun Hiking (4)



Pada posko pendaftaran, terdapat pengumuman pada secarik kertas yang ditempel di dinding. Sebuah peringatan, “Pendakian hanya boleh dilakukan sampai Kalimati”, begitulah isinya. Dan batas waktu mulai pendakian dari resort Ranu pani yaitu pukul 16.00.
Awalnya kami berencana akan menginap sehari di Ranu Pani, dan esok paginya baru mulai menuju Ranu Kumbolo. Namun berdasarkan keputusan bersama, dengan pertimbangan lama perjalanan menuju ranu kumbolo yang sekitar 4 jam, kami memutuskan untuk langsung naik setelah beristirahat. lagi pula hari masih sangat siang.

Waktu menunjukan sekitar 15:30
Briefing kami lakukan sebelum pendakian dimulai. Berdoa demi keselamatan dan menyatukan semangat serta kekompakan.
“Semeru Fun Hiking”…… “Huuuuh”

Satu persatu kami meninggalkan damainya desa Ranu Pani. Jalan beraspal mengantarkan kami masuk ke jalur pendakian. Pemandangan perkebunan yang terhampar di lereng-lereng memanjakan mata-mata kami. Berbelok
ke jalur yang semakin sempit, kanan kiri dipenuhi dengan belukar. Menuju pos 1. Jalur yang kami dapati adalah jalan sempit yang terpasang paving block. Jarak masing-masing kami tidak terlalu jauh dan saling menunggu. Langkah kuatur agar tidak menguras energi terlalu banyak di awal.


Sesampainya di Pos 1 terdapat saung, cukup untuk tempat kami melepas lelah sejenak. Entah sudah pukul berapa, satu persatu dari kami akhirnya sampai. Ketika hampir semua tim berkumpul, maka yang telah sampai lebih dulu mulai melanjutkan perjalanan kembali.

Tak perlu berlama-lama karena perjalanan masih cukup panjang. Setelah melewati pos 1, jarak masing-masing kami sudah tak dapat ditentukan. Ritme perjalanan disesuaikan kemampuan. Kini bukan lagi paving block yang kami pijak.

Dari awal perjalanan ada Komenk yang menjadi “pengawal”. Kesabarannya luar biasa, memberikanku semangat. Sesekali kami membuka obrolan saat berhenti beristirahat. Meneguk air hanya untuk sekedar membasahi tenggorokan yang kering oleh debu-debu yang ikut masuk. Selebihnya, kami memilih diam menikmati perjalanan.

Jalur yang kami lalui mulai bervariasi. Menanjak, menanjak dan menanjak. Sesekali jalan datar dan menurun yang kami sebut dengan istilah “bonus” menjadi penghiburku saat itu. Nafasku berburu satu persatu. Lelah pun menghinggap lebih cepat. Langkahku melambat.

“santai aja Pay”, itu yang selalu dibilang Komenk kepadaku  (santai kayak di pantai, ups)

Semangat itu bukan hanya dari dalam diriku, bukan cuma dari teman seperjalananku, melainkan dari para pendaki yang aku temui, yang kebetulan berpapasan di jalan.
“semangat mba…” (terimakasih kawans  )

Langit tak lagi berwarna jingga. Hangat mentari mulai memudar berganti dingin. Gelap malam mulai menyelinap. Kami harus segera menambah perlengkapan yang kami kenakan; jaket, sarung tangan, dan senter. Selain itu, langkah kami harus lebih hati-hati.

Keinginan untuk segera sampai membuat langkahku tak beraturan.
“aduuuh...”  rintihku tiba-tiba.
“kenapa Pay?” Tanya komenk yang berada di belakangku.
“betisku kram” keluhku sambil mencoba duduk semampunya.
Sakit. Uratnya seperti. Tegang. Perjalanan terpaksa dihentikan. Ku coba melemaskan perlahan-lahan.

Alhamdulillah… rasa sakitnya cepat menghilang. Kami kembali melanjutkan perjalanan. Saat itu hanya tinggal kami berdua. Di depan sudah tak ada siapa-siapa. Di belakang belum terlihat tanda-tanda. Mengikuti jalur yang ada, kami terus berjalan tanpa berhenti. Ternyata kami melewati jalur yang bukan semestinya. Kami terbuai dengan jalur landai yang membawa kami jalan agak jauh memutar. Huuft…


Kemilau air yang membentang luas menandakan kami telah sampai di Ranu Kumbolo, tempat yang kami sepakati untuk berhenti. Namun kami tak tau dimana tenda-tenda tim kami berdiri.

Aku dan Komenk berhenti. Sambil memandang langit yang dipenuhi taburan bintang, kami menunggu kawan yang masih di belakang; Cb, Husin, dan Ayek. Dingin yang menusuk membuat tubuhku terus menggigil, meskipun dua lapis jaket sudah kukenakan. Sesekali ku panggil nama “Riri”, “Diana”, “Joe” secara bergantian untuk mengetahui keberadaan mereka. Namun suaraku seperti tertelan malam di tengah danau yang membentang.

Kami tinggal berlima. Kami harus kembali berjalan menyusuri tepian danau, karena diperkiran tim kami membuat tenda di dekat pos Ranu Kumbolo, yaitu di seberang danau dari tempat dimana kami istirahat sekarang. Di bawah cahaya bintang yang menawan, kami berjalan mengikuti petunjuk yang diberikan.

Pos terakhir Ranu Kumbolo. Aku mencari dengan cara memanggil salah satu nama “Riri”
“Kami di sini”, jawaban yang menandakan keberadaan mereka dan langsung saja kumenghampiri sumber suara. Alhamdulillah, semua telah berkumpul. Beberapa tenda telah berdiri dan sudah diisi. Saat itu waktu menunjukkan pukul 9 malam.

Setelah semua tenda berdiri, kami melakukan kegiatan yang paling aku suka, masak-memasak. Sebagian ada yang menunggu di dalam tenda, menunggu kiriman, ada juga yang sudah tertidur karena kelelahan. Semua kami lakukan dengan riang. Dingin yang makin mencekam sedikit tak dihiraukan. Ditemani seteguk, dua teguk minuman hangat yang telah dibuat menjadi sangat nikmat.

Masak memasak malam ini kami lakukan dengan membuat menu sederhana, mie rebus saja. Padahal rencananya akan ada menu sedikit istimewa, nasi hangat dengan tumis kangkung tauge, dan di tutup dengan puding segar. Tapi rencana itu kami tinggalkan, karena tidak memungkinkan. Kegiatan memasak malam itu tak sesederhana seperti menunya karena kami harus bertarung dengan dinginnya malam.

Obrolan-obrolan ringan ditambah sedikit debat karena perbedaan pendapat tentang cara memasak, bumbu untuk menu yang akan dibuat menjadikan suasana semakin hangat. Pada akhirnya diutuslah secara sepihak Mr. CB sebagai master chef. ( gelar yang tak dapat ditolak

Setelah acara makan-makan selesai, satu persatu mulai masuk ke dalam tenda untuk beristirahat. Selamat malam kawan, selamat malam bintang.

*Foto : Semeru Fun Hiking
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar